Hipertermia
Hipertermia adalah peningkatan suhu inti tubuh manusia yang biasanya terjadi karena infeksi. Hipertermia juga dapat didefinisikan sebagai suhu tubuh yang terlalu panas atau tinggi. Umumnya, manusia akan mengeluarkan keringat untuk menurunkan suhu tubuh. Namun, pada kondisi tertentu, suhu dapat meningkat dengan cepat sampai produksi keringat tidak memberikan pengaruh yang cukup.
Hipertermia cenderung lebih sering terjadi pada bayi dan anak di bawah usia 4 tahun dan orang tua yang berumur 65 tahun ke atas. Selan itu, orang yang kelebihan berat badan, sedang sakit, atau berada dalam pengobatan tertentu juga memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami hipertermia. Suhu tubuh yang terlalu tinggi dapat merusak otak dan organ vital lainnya. Pada penderita hipertermia parah, gejala yang akan timbul meliputi kondisi mental kelelahan, cemas, tubuh kejang, dan dapat mengakibatkan koma.
Hipertermia cenderung lebih sering terjadi pada bayi dan anak di bawah usia 4 tahun dan orang tua yang berumur 65 tahun ke atas. Selan itu, orang yang kelebihan berat badan, sedang sakit, atau berada dalam pengobatan tertentu juga memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami hipertermia. Suhu tubuh yang terlalu tinggi dapat merusak otak dan organ vital lainnya. Pada penderita hipertermia parah, gejala yang akan timbul meliputi kondisi mental kelelahan, cemas, tubuh kejang, dan dapat mengakibatkan koma.
Penyebab hipertermia dapat dibagi menjadi 3:
1. hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
- Hipertermia maligna,
- Neuroleptic malignant syndrome,
- Serotonin syndrome,
- Drug-induced hyperthermia,
- Exercise-induced hyperthermia,
- Endocrine hyperthermia,
- Miscellaneous clinical disorders.
2. hipertermia karena penurunan emisi panas:
- Hipertermia neonatal,
- Dehidrasi,
- Heat stroke,
- Renjatan hemorargik dan ensefalopati,
- Sudden infant death syndrome (SIDS),
- Drug-induced hyperthermia.
3. Penyebab tidak terklasifikasikan:
- Factitious fever,
- Induced illness dan induced illness by proxy.
Hipertermia yang disebabkan oleh peningkatan produksi panas
1. hipertermia maligna
Hipertermia maligna biasanya dipicu oleh obat-obatan anestesi. Hipertermia ini merupakan miopati akibat mutasi gen yang diturunkan secara autosomal dominan. Pada episode akut terjadi peningkatan kalsium intraseluler dalam otot rangka sehingga terjadi kekakuan otot dan hipertermia. Pusat pengatur suhu di hipotalamus normal sehingga pemberian antipiretik tidak bemanfaat. Gambaran klinis meliputi kekakuan otot terutama otot masseter sehingga menyebabkan rhabdomyolisis, peningkatan CO2 tidal, takikardia, dan peningkatan suhu tubuh yang cepat (0,50 - 1,0 ° C tiap 5 - 10 menit, suhu bisa mencapai 44 ° C).
Tatalaksana utama adalah menurunkan suhu tubuh dengan cepat dan agresif dengan total body cooling (air es / dingin lewat NGT, rectal, dan IV), segera menghentikan pemakaian obat anestesi, pemberian oksigen 100%, memperbaiki asidosis, furosemid (1 mg / kgBB), manitol 20% (1 g / kgBB), insulin, Dextrose, hidrokortison, Dantrolone (antidote spesifik 2,5 mg / kg BB IV dan kemudian tiap 5-10 menit) dan mengatasi aritmia.
2. Exercise-induced hyperthermia (Exertional heat stroke)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar / remaja yang melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 30 ° C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
3. Endocrine Hyperthermia (EH)
Tatalaksana utama adalah menurunkan suhu tubuh dengan cepat dan agresif dengan total body cooling (air es / dingin lewat NGT, rectal, dan IV), segera menghentikan pemakaian obat anestesi, pemberian oksigen 100%, memperbaiki asidosis, furosemid (1 mg / kgBB), manitol 20% (1 g / kgBB), insulin, Dextrose, hidrokortison, Dantrolone (antidote spesifik 2,5 mg / kg BB IV dan kemudian tiap 5-10 menit) dan mengatasi aritmia.
2. Exercise-induced hyperthermia (Exertional heat stroke)
Hipertermia jenis ini dapat terjadi pada anak besar / remaja yang melakukan aktivitas fisik intensif dan lama pada suhu cuaca yang panas. Pencegahan dilakukan dengan pembatasan lama latihan fisik terutama bila dilakukan pada suhu 30 ° C atau lebih dengan kelembaban lebih dari 90%, pemberian minuman lebih sering (150 ml air dingin tiap 30 menit), dan pemakaian pakaian yang berwarna terang, satu lapis, dan berbahan menyerap keringat.
3. Endocrine Hyperthermia (EH)
Kondisi metabolic / endokrin yang menyebabkan hipertermia lebih jarang ditemukan pada anak dibandingkan dengan pada dewasa. Kelainan endokrin yang sering dihubungkan dengan hipertermia antara lain hipertiroidisme, diabetes mellitus, phaeochromocytoma, insufisiensi adrenal dan Ethiocolanolone suatu steroid yang diketahui sering berhubungan dengan demam (merangsang pembentukan pirogen leukosit).
Hipertermia yang disebabkan oleh penurunan emisi panas
1. hipertermia neonatal
Peningkatan suhu tubuh secara cepat pada hari kedua dan ketiga kehidupan bisa disebabkan oleh:
- Dehidrasi
Dehidrasi pada masa ini sering disebabkan oleh kehilangan cairan atau layar oleh suhu kamar yang tinggi. Hipertermia jenis ini merupakan penyebab kenaikan suhu ketiga setelah infeksi dan trauma lahir. Sebaiknya dibedakan antara kenaikan suhu karena hipertermia dengan infeksi. Pada demam karena infeksi biasanya didapatkan tanda lain dari infeksi seperti leukositosis / leucopenia, CRP yang tinggi, tidak berespon baik dengan pemberian cairan, dan riwayat persalinan prematur / resiko infeksi.
- Overheating
Pemakaian alat-alat penghangat yang terlalu panas, atau bayi terpapar sinar matahari langsung dalam waktu yang lama.
- Trauma lahir
Hipertermia yang berhubungan dengan trauma lahir timbul pada 24% dari bayi yang lahir dengan trauma. Suhu akan menurun pada 1-3 hari tapi bisa juga menetap dan menimbulkan komplikasi berupa kejang. Tatalaksana dasar hipertermia pada neonatus termasuk menurunkan suhu bayi secara cepat dengan melepas semua baju bayi dan memindahkan bayi ke tempat dengan suhu ruang. Jika suhu tubuh bayi lebih dari 39 ° C dilakukan tepid sponged 35 ° C sampai dengan suhu tubuh mencapai 37 ° C.
2. Heat strokeTanda umum heat stroke adalah suhu tubuh> 40,5 ° C atau sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG.
Anak dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,5 ° C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi , dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
3. Haemorrhargic Shock and encephalopathy (HSE)
2. Heat strokeTanda umum heat stroke adalah suhu tubuh> 40,5 ° C atau sedikit lebih rendah, kulit teraba kering dan panas, kelainan susunan saraf pusat, takikardia, aritmia, kadang terjadi perdarahan miokard, dan pada saluran cerna terjadi mual, muntah, dan kram. Komplikasi yang bisa terjadi antara lain DIC, lisis eritrosit, trombositopenia, hiperkalemia, gagal ginjal, dan perubahan gambaran EKG.
Anak dengan serangan heat stroke harus mendapatkan perawatan intensif di ICU, suhu tubuh segera diturunkan (melepas baju dan sponging dengan air es sampai dengan suhu tubuh 38,5 ° C kemudian anak segera dipindahkan ke atas tempat tidur lalu dibungkus dengan selimut), membuka akses sirkulasi , dan memperbaiki gangguan metabolic yang ada.
3. Haemorrhargic Shock and encephalopathy (HSE)
Gambaran klinis mirip dengan heat stroke tetapi tidak ada riwayat penyelimutan berlebihan, kekurangan cairan, dan suhu udara luar yang tinggi. HSE diduga berhubungan dengan cacat genetik dalam produksi atau pelepasan serum inhibitor alpha-1-trypsin. Kejadian HSE pada anak adalah antara umur 17 hari sampai dengan 15 tahun (sebagian besar usia <1 tahun dengan median usia 5 bulan). Pada umumnya HSE didahului oleh penyakit virus atau bakterial dengan febris yang tidak tinggi dan sudah sembuh (misalnya infeksi saluran nafas akut atau gastroenteritis dengan febris ringan).
Pada 2 - 5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang / koma, hipertermia (suhu> 41 ° C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan pernapasan dangkal diikuti gagal ginjal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, hipernatremia, peningkatan CPK, enzim hati dan tripsin, hipoglikemia, hipokalsemia, trombositopenia, penurunan faktor II, V, hiperfibrinogenemia, dan alpha-1-antitripsin.
Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
Pada 2 - 5 hari kemudian timbul syok berat, ensefalopati sampai dengan kejang / koma, hipertermia (suhu> 41 ° C), perdarahan yang mengarah pada DIC, diare, dan dapat juga terjadi anemia berat yang membutuhkan transfusi. Pada pemeriksaan fisik dapat timbul hepatomegali dan asidosis dengan pernapasan dangkal diikuti gagal ginjal. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan leukositosis, hipernatremia, peningkatan CPK, enzim hati dan tripsin, hipoglikemia, hipokalsemia, trombositopenia, penurunan faktor II, V, hiperfibrinogenemia, dan alpha-1-antitripsin.
Pada HSE tidak ada tatalaksana khusus, tetapi pengobatan suportif seperti penanganan heat stroke dan hipertermia maligna dapat diterapkan. Mortalitas kasus ini tinggi sekitar 80% dengan gejala sisa neurologis yang berat pada kasus yang selamat. Hasil CT scan dan otopsi menunjukkan perdarahan fokal pada berbagai organ dan edema serebri.
4. Sudden Infant Death Syndrome (SIDS)
Definisi SIDS adalah kematian bayi (usia 1-12 bulan) yang mendadak, tidak diduga, dan tidak dapat dijelaskan. Kejadian yang mendahului sering berupa infeksi saluran napas akut dengan febris ringan yang tidak fatal. Hipertermia diduga kuat berhubungan dengan SIDS. Angka kejadian tertinggi adalah pada bayi usia 2- 4 bulan.
Hipotesis yang diajukan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan pernapasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup.
Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karena dapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernapasan sehingga berakhir dengan apnea. Stanton mengemukakan bahwa 94% (32 dari 34 kasus) SIDS ditemukan meninggal dalam keadaan terbungkus baju erat dengan suhu ruang yang hangat dan suhu tubuh bayi panas serta berkeringat. Penyelimutan / kemasan bayi yang berlebihan, suhu ruang yang terlalu tinggi, dan posisi tidur bayi tertelungkup dapat menyebabkan terbatasnya produksi panas. Posisi tidur telentang adalah yang paling aman untuk mencegah SIDS.
Infeksi ringan dengan febris yang digabung dengan kemasan bayi berlebihan dapat menimbulkan heat stroke dan SIDS. Hipertermia sendiri saat ini dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai kelainan musculoskeletal, kanker, dan beberapa kasus penyakit infeksi.17 Cippitelli (2005) mengemukakan bahwa terapi hipertermia mengaktifkan ekspresi sitotoksisitas FasL, fasL mRNA, dan aktivitas fasL pemicu pada sel T sehingga terjadi apoptosis sel tumor.
Hipotesis yang diajukan untuk menjelaskan kejadian ini adalah pada beberapa bayi terjadi mal-development atau maturitas batang otak yang tertunda sehingga berpengaruh terhadap pusat chemosensitivity, pengaturan pernapasan, suhu, dan respons tekanan darah. Beberapa faktor resiko dikemukakan untuk menjelaskan kerentanan bayi terhadap SIDS, tetapi yang terpenting adalah ibu hamil perokok dan posisi tidur bayi tertelungkup.
Hipertermia diduga berhubungan dengan SIDS karena dapat menyebabkan hilangnya sensitivitas pusat pernapasan sehingga berakhir dengan apnea. Stanton mengemukakan bahwa 94% (32 dari 34 kasus) SIDS ditemukan meninggal dalam keadaan terbungkus baju erat dengan suhu ruang yang hangat dan suhu tubuh bayi panas serta berkeringat. Penyelimutan / kemasan bayi yang berlebihan, suhu ruang yang terlalu tinggi, dan posisi tidur bayi tertelungkup dapat menyebabkan terbatasnya produksi panas. Posisi tidur telentang adalah yang paling aman untuk mencegah SIDS.
Infeksi ringan dengan febris yang digabung dengan kemasan bayi berlebihan dapat menimbulkan heat stroke dan SIDS. Hipertermia sendiri saat ini dimanfaatkan untuk mengatasi berbagai kelainan musculoskeletal, kanker, dan beberapa kasus penyakit infeksi.17 Cippitelli (2005) mengemukakan bahwa terapi hipertermia mengaktifkan ekspresi sitotoksisitas FasL, fasL mRNA, dan aktivitas fasL pemicu pada sel T sehingga terjadi apoptosis sel tumor.
Tanda dan gejala
- Suhu tubuh bayi> 37,5 ºC (panas)
- Tanda dehidrasi, yaitu berat badan bayi turun, turgor kulit kurang, mata dan ubun ubun besar cekung, lidah dan membran mukosa kering, banyaknya air kemih berkurang.
- Kulit memerah
- Malas minum
- Frekuensi napas lebih dari 60x / menit
- Denyut jantung lebih dari 160 x / menit
- Letargi
- Kedinginan, lemas
- Bisa disertai kejang
PENGOBATAN
Jika seseorang melihat tanda-tanda kegawatdaruratan di atas maka harus secepat mungkin mencari bantuan medis segera. Kita dapat melakukan pertologan pertama dengan:
- Pindahkan orang ke daerah maupun luar ruang yang dingin dan buka pakaian ketat;
- Dinginkan orang tersebut dengan cepat menggunakan metode apa pun yang Anda bisa. Misalnya membenamkan orang dalam bak air dingin atau menempatkan mereka dalam mandi air dingin. Anda juga dapat semprot dengan air segar dan meniup udara dingin dari penggemar terhadap mereka;
- Pantau suhu tubuh, dan melanjutkan upaya pendinginan sampai suhu tubuh turun menjadi sekitar 102 F atau lebih rendah (38,8 C);
- Jika individu yang terkena masih sadar, berikan cairan dingin untuk minum. Jangan memberi mereka minum alkohol;
- Kadang otot individu yang terkena akan mulai bergerak-gerak tak terkendali (kejang). Jika ini terjadi, cobalah untuk menjaga individu dari melukai dirinya sendiri, dan jangan menaruh benda apapun di mulut dan tidak memberikan cairan;
- Jika ada muntah, pastikan jalan napas tetap terbuka.
baca juga tips menjaga kesehatan
0 komentar:
Posting Komentar